Saya Islam Progresif, kamu enggak!
19.13Kemarin lusa, saya menemukan sebuah OA-Line 'Progresif' memunculkan buku lawas karangan Yang Utama H.O.S Tjokroaminoto, judul bukunya 'Islam dan Sosialisme'. Di ujung tulisan disertakan link menuju laman web islambergerak.com. Sebuah situs yang mengangkat pemahaman 'Islam Progresif'.
Situsnya imut-imut begitu (seriusan!), menggunakan font sans-serif yang kalau saya tidak lupa namanya adalah Futura. Dan uniknya situs itu hawa merah-merah, mengingatkan saya pada situsnya Serikat Mahasiswa Progresif - UI, lagipun mereka berdua sama-sama membawa nama 'progresif'. Kasarnya kalau pertama kali dibuka, kedua situs ini ada di sisi kiri jalan.
Kategorisasi menu kadang masih ngaco (lihat saja Tarikh dan Tafsir). Beberapa konten dalam menunya pun masih kosong, seperti menu Tasawuf dan Khutbah Jum'at -- Padahal situs ini sudah online sejak tahun 2014. Sempat saya berpikir bahwa dua menu itu gak bakalan terisi sampai situsnya tutup. Bahasa tiap artikel berat semua, persis situsnya Semar-UI dan Indoprogress. Kan jadi curiga, apa jangan-jangan situs ini satu geng sama Semar-UI tapi dengan dijoinkan sama kata Islam? Ada lambang bulan sabitnya juga malahan.
Ah, progresif... Dikira yang lain itu nggak progresif apa ya? Beberapa bulan lalu pun saya dapat kabar hasil nyasar di google bahwa ada organisasi 'Islam Progresif' yang berpusat di Amerika, Muslims for Progressive Value (MPV) namanya. Organisasi ini berada jauh terbang di atas sisi kanan jalan, terbangnya pun tinggi sekali. Tahu Jaringan Islam Liberal? Ini lebih edan. "Laa Tafsir, Laa Ngaji, silakan terserah sampeyan.." Bisa dilihat saja , di MPV muncul tata solat mahiwal khas kaum progresif 'solat progresif' dan dukungan untuk nikah sesama jenis. Saya sih nggak terlalu mempermasalahkan itu sih, itu kaidah fikih mereka sendiri toh, mungkin mau bikin aliran macam Halawela-Halaweli Islamiyah? Ha..ha.. Tapi sebetulnya apa sih yang 'progresif' dari seorang perempuan mengimami solat laki-laki dan perempuan yang dalam barisannya campur baur? Islambergerak.com dan Semar-UI terdengar lebih progresif bagi saya.
Kalangan seperti apa islambergerak.com itu saya tidak bisa definisikan secara betulan, yang jelas 'progresif' dan 'kiri' (seperti apa kata situsnya). Dari sisi orang yang dekat dengan kalangan revivalis islam (seperti apa kata situsnya), saya bakal menyebut situs ini satu gaya dengan JIL. Coba lihat saja beberapa artikel tafsir bebas macam 'Negara Ada di antara Dua Paha Kita' [1]. Mereka sama-sama menyerang formalisasi syariat, melakukan tafsir sekenanya, dan tidak pernah atau jarang sekali mengutip tafsiran para ulama. Bedanya, islambergerak.com sering membawa istilah yang bagi saya 'sangat kiri'.
Islambergerak.com mengklaim bahwa istilah 'progresif' betul cocok ditempatkan baginya kalangannya sendiri. 'Sudah saatnya menceraikan liberalisme Islam dari kata “progresif”.' [2] Seolah mengatakan bahwa, "Kami yang progresif, kamu (liberalis dan 'revivalis') enggak!" Ya, semacam hanya 'kiri'-lah yang progresif; kanan-atas-bawah-depan-belakang tidak.
Memang apa sih itu progresif? Menurut KBBI:
progresif/prog·re·sif/ /progrésif/ a: 1. ke arah kemajuan; 2. berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang (tentang politk); 3. bertingkat-tingkat naik (tentang aturan pemungutan pajak dan sebagainya).
Mengenai definisi gerakan progresif, google indonesia nampaknya sudah 'dikuasai' oleh situs-situs kiri barusan, jadi agak ribet untuk mencarinya. Tapi saya menemukan dari satu situs bertemakan politik:
"Dalam politik, progresivisme bisa diartikan sebagai gerakan yang bertumpu pada ide-ide baru serta berhubungan dengan penggunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan organisasi sosial demi terwujudnya kondisi ekonomi-sosial kemasyarakatan yang lebih baik. Progresif bisa juga diartikan sebagai ‘bergerak keluar dari status quo’ – walaupun definisi itu sendiri sering menghasilkan makna yang beragam."[3]
Ibarat kecepatan, progresif adalah besaran yang butuh arah. Bolehlah ia punya arah ke kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang, atau arah-arah dari dimensi tinggi yang wallahua'lam rupanya bagaimana. Bisa disimpulkan, progresif tidak harus selalu kiri --karena kalau kelewat kiri bisa disalip /jokes receh/.
Ah, Islam Progresif.. Kira-kira apalah ia dibandingkan Islam kiri, islam liberal, atau islam nusantara? Rasanya masing-masing grup suka mengaku-ngaku. Yang kiri mengaku progresif, yang kanan juga, yang atas dan bawah juga; hanya orang 'revivalis' dan 'fundamentalis' yang mengaku 'progresif dengan arah kebalik', "Kembali ke Qur'an dan Sunnah Nabi." Yah, walaupun 'progresif dengan arah kebalik' itu tetap saja masuk progresif juga, iya kan?
Bagi seorang muslim 'revivalis' macem saya, agama Islam sendiri merupakan agama yang progresif. Dengan sendirinya, seorang muslim adalah orang yang progresif. Meminjam istilah Pakde Tjokro dengan mengganti 'sosialis' jadi 'progresif', saya ingin menyatakan bahwa:
"Seorang Muslim sejati dengan sendirinya menjadi orang progresif, dan kita kaum Muslimin dengan sendirinya menjadi orang yang progresif."
Dalam 22-23 tahun masa kenabian Jazirah Arab mendadak bergerak cepat menuju cahaya, minazh-zhulumaati ilan-nuur. Dari yang asalnya 'mentoring' sumput-sumputan, 'aksi massa' pawai keliling Makkah, hijrah ke Madinah, sampai menuju ending 'revolusi damai' Makkah dalam semalam. Ya, islam memang progresif, progresif sekali malahan. Lalu apa sih tujuan Islam? Simpel saja, meraih ridha Allah. Setiap perbuatan seorang muslim sejati, hanya ditujukan untuk meraih ridha Allah.
Itu tujuan Islam, dan dengan demikian bisa disebutkan bahwa 'Islam itu Progresif'. Maka dengan sendirinya istilah 'Islam Progresif' yang merupakan pendekan dari 'Islam yang Progresif' telah gugur. Istilah 'Islam yang Progresif' malahan menunjukkan salah-satu variasi dari Islam itu sendiri, seolah-olah Islam itu ada banyak: Islam Progresif, Islam Liberal, Islam Fundamentalis, Islam Halawela-halaweli...
H.O.S Tjokroaminoto dalam buku 'Islam dan Sosialisme' dan tulisan-tulisannya yang lain mencetuskan Islamisasi Sosialisme, mengislamisasi Sosialisme. 'Sosialisme Islam', sosialisme yang progresivitasnya kuadrat. Beliau mengajarkan Islamisasi -isme lain, bukan -isasi Islam; kemudian output yang terjadi adalah -isme+Islam, bukan Islam+ -isme. Akhirnya yang perlu ditanyakan, tujuan apa yang dibawa oleh kalangan 'islam progresif' ini? Kiri-isasi islam? Atau islamisasi kiri?
--------------------------------------------------------------------------------------------
[1] http://islambergerak.com/2014/12/negara-di-antara-dua-paha/
[2] http://islambergerak.com/2015/07/apa-itu-islam-progresif/
[3] https://pinterpolitik.com/psi-gerakan-progresif-baru/
0 komentar