Hayy bin Yaqzhan: novel sains fiksi pertama di dunia

23.15


Novel 'Hayy bin Yaqzhan' karangan Ibnu Thufail disebut-sebut sebagai karya sastra sains fiksi pertama di dunia. Tentu tidak semua sepakat, karena pada zaman tersebut istilah 'sains' belum dikenal (dulu hanya disebut filsafat alam). Tapi memang, lebih banyak lagi alasan untuk menggelari novel ini sebagai sains fiksi pertama: bayangkan saja, konten sains dan perdebatannya (spesifiknya geologi, astronomi, fisika kalor, dan biologi), langsung diletakkan di bagian awal buku.

Novel ini diawali dengan doa kepada para salafusshalih yang berperan sebagai penyampai cerita, serta sanjungan (lebih tepatnya menyebut referensi) kepada beberapa filsuf dan dokter terdahulu seperti Syekh Abu Ali Ibnu Sina dan Al-Mas'udi. Diceritakan bahwa berdasarkan kisah para salaf, terdapat seorang anak yang sendirian hidup di suatu pulau bernama Waqwaq di samudera Hindia tepatnya di khatulistiwa [1]. Ajaibnya anak itu diceritakan muncul dengan sendirinya tanpa ayah dan ibu!

Di sinilah konten sains mulai muncul. Alih-alih segera melanjutkan cerita tentang kehidupan Hayy si tokoh utama, Ibn Thufail malah menyampaikan dua teori populer yang berlainan soal asal usul Hayy:
(1) Dia punya ayah ibu, tapi terbuang ke pulau Waqwaq, (2) Dia memang ajaib, muncul secara abiogenesis. Opsi (1) berkisah soal seorang putri kerajaan yang melepas anaknya ke laut karena takut dihabisi raja yang zalim yaitu kakaknya sendiri. Ibn Thufail menjabarkan opsi (2) dengan menyampaikan alasan-alasan kenapa fenomena ini bisa terjadi.

Disebutkan opsi (2) feasible karena pulau di khatulistiwa punya iklim yang santuy dan suhu yang juga stabil-moderat. Ibnu Thufail tidak sekadar menyampaikan alasan ini lalu pergi ke cerita berikutnya, dia menjelaskan lagi kenapa hal ini bisa terjadi (dan mendebat pendapat para ahli lain yang tidak setuju).

Menurutnya, fenomena ini terjadi karena bumi yang bulat tersinar oleh matahari dengan sifat-sifat tertentu (utamanya bentuk geometris bumi itu sendiri). Pendapat jumhur astronom waktu itu adalah bahwa, bumi itu jauh lebih kecil dari matahari dan berbentuk bola. Ibnu Thufail menolak pendapat beberapa ahli yang menyebut bahwa 'khatulistiwa adalah tempat yang paling panas, karena lebih dekat dengan matahari' [0]. Posisi bumi sendiri tidak tegak lurus terhadap sinar matahari, mengakibatkan pergantian iklim di belahan utara dan selatan (kadang mendekat ke matahari, kadang menjauh). Hanya daerah tengah alias khatulistiwa yang bisa disebut moderat (karena jaraknya ke matahari cenderung stabil).
Belum selesai lagi, Ibnu Thufail membahas tentang bagaimana matahari bisa menimbulkan panas di bumi —untuk mendebat pendapat orang lain, lagi. Ada dua opsi/hipotesa yang terkenal pada masa itu: (1) Bumi memang sudah dasarnya panas, (2) Panas datangnya dari matahari, yang memanaskan udara di atas lalu perlahan ke bawah.

Opsi (1) didasari fakta bahwa dataran rendah lebih panas dari dataran tinggi. Ibnu Thufail tidak sepakat, menurutnya, opsi ini tidak bisa menjelaskan kenapa terjadi perbedaan suhu pada siang dan malam. Perbedaan suhu ini pasti disebabkan oleh matahari, sehingga muncullah opsi (2).

Opsi (2) juga ditolak oleh Ibnu Thufail, karena jika panas matahari bergerak seperti itu, maka yang akan lebih panas adalah pegunungan dibandingkan pantai.
Ibnu Thufail lalu mengambil pendapat Syekh Ibnu Sina: perambatan panas dari matahari adalah dengan melalui cahaya. Matahari menghasilkan cahaya, yang cahaya ini mengenai bumi dan menjadi panas. Ia mengambil permisalan seperti pada lilin dan api yang memanasi sekitarnya dengan cahaya.

Tiga opsi yang dibahas oleh Ibnu Thufail ini memang terdengar tidak asing sama sekali: Opsi (1) menerangkan soal konduksi, opsi (2) tentang konveksi, dan opsi (3) radiasi.
Lalu Ibnu Thufail membahas tentang kemampuan benda-benda untuk menyerap panas. Disebutkan bahwa benda-benda menerima panas berdasarkan sifat permukaannya: kusam-licinnya, dan juga gelap-terangnya. Hal ini juga bukan suatu yang asing di buku paket fisika, soal konstanta radiasi bab kalor. Tapi tentu saja ada perbedaan, jika saat ini diketahui bahwa yang cepat menyerap adalah kusam-gelap, Ibnu Thufail malah menyebut licin-gelap. Tentu yang seperti ini bisa dimaklumi, abad ke 12 mana ada alat ukur kalor kan?

Dari permisalan berbagai tingkatan kemampuan benda menyerap panas, dan juga penjelasan bahwa panas matahari sampai melalui cahaya, Ibnu Thufail menyatakan begini: "Begitu juga terdapat berbagai macam tingkat manusia, dalam hal kemampuannya menerima cahaya (Nuur) dari sang Maha Cahaya, Allah" [2].
Allah An-Nuur Maha berkehendak, mampu menciptakan segala yang ia kehendaki, termasuk menciptakan manusia yang mampu menerima cahaya dari benda mati.

Cerita bergerak ke penjelasan tentang bagaimana manusia bisa muncul dari benda mati. Disebutkan bahwa unsur-unsur penyusun kehidupan semuanya sudah lengkap di pulau itu, pun juga lingkungan yang mendukung, dan atas kehendak Allah maka jadilah bayi manusia [3]. Selanjutnya diceritakan lagi tentang kehidupan bayi itu, yang dipelihara oleh induk rusa yang baru kehilangan anaknya.

Bagian isi cerita juga penuh dengan pembahasan sains dan filsafat, seperti saat induk rusa yang memelihara Hayy meninggal. Hayy kecil merasa sedih melihat induknya terdiam, dan mencoba mencari cara menghidupkannya kembali. Ia mencari tahu berbagai penyebabnya dengan membedah, menganalisis, sampai akhirnya menemukan kesimpulan bahwa terdapat beberapa organ yang jika hilang mampu membuat makhluk menjadi mati, dan jikapun dibetulkan tidak bisa menjadi hidup kembali.

Novel ini memang sangat layak diberi gelar novel sains fiksi pertama di dunia. Bagian introduksi novel (yang bahkan tokoh utamanya belum muncul) ini isinya sudah seperti paper ilmiah yang membandingkan berbagai hipotesis dan mencapai temuan baru. Secara umum, novel ini menceritakan tentang manusia yang tidak tahu apa-apa, mampu mencapai pengetahuan dan mengetahui keberadaan Allah dengan usahanya sendiri, dan mencapai kebenaran yang sejati (dengan bantuan seorang guru, terdapat karakter ulama bernama Asal). Novel ini sangat penting untuk dibaca, namun sayang sekali terjemahan dalam bahasa Indonesianya belum ada.
________________
[0]. Bumi berbentuk bola, dan bagian tengahnya (khatulistiwa) otomatis lebih dekat ke matahari.
[1]. Pulau Waqwaq terkenal sebagai pulau di Hindia yang penuh dengan makhluk aneh seperti pohon yang berbuah gadis-gadis. Ada banyak spekulasi soal posisi asli pulau ini, termasuk kepulauan Nusantara dan bahkan Jepang.
[2]. An-Nur ayat 35: اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
[3]. Ada satu lagi karya sains fiksi dari dunia Islam jaman baheula: Risalah Fadhil bin Natiq, atau judul lainnya, Risalah Kamiliyah fi As-Sirrah An-Nabawiyyah karangan Ibnu Nafis. Novel ini adalah balasan dari seorang fans Imam Ghazali terhadap fans Ibnu Rusyd (yaitu Ibnu Thufail). Ibnu Nafis yang seorang dokter dan biolog menjelaskan lebih detil lagi bagaimana proses benda mati menjadi makhluk hidup. Jauh lebih detil, serius; jika intro Hayy bin Yaqzhan isinya banyak fisika, intro Fadhil bin Natiq isinya biologi.

You Might Also Like

0 komentar

Pos Masyhur

Facebookna di-add nya!

instagram