Hikayat Alimulhadi Pasal 2
02.32Kanakian sang Alimulhadi itu diusirkan dari rumah Juragan Mbah Cukup beserta pembantunya, sampailah mereka yang ada berdua itu kepada Masjid Raya Farisiyah. Hari itu ialah hari Jumat, masih pagi lagi iaitu jam setengah sepuluh sahaja. Maka Alimulhadi dan pembantu Mbah Cukup berdiamlah mereka di pinggiran masjid, sambil ia itu cendol dibelikannya ia supaya tiada ada rasa haus.
Siang hari maka jadilah hari itu jam sebelas siang, maka diramaikan oranglah masjid itu. Tampaklah kepada orang orang itu Alimulhadi masih meminum cendol yang sudah menjadi hangat. "Wahai Alimulhadi! Telah tersohor kemasyhuran tuan dimana mana, mengapa pula tuan begitu bersusah dalam minum cendol?," Maka jawab Alimulhadi, "Hamba ialah musafir, musafir itu mestilah tampak bersusah". "Ya sudahlah".
Arkian maka datanglah Imam Besar Tio hendak menghampirkan Alimulhadi yang masih makan cendol. "Wahay Alimulhadi, baiknya tuan saja yang berkhutbah hari ini! Sebab aku ini sedang kelupaan". Maka jawab Alimulhadi,"Baiklah jika begitu maksud Imam". Padahal Imam Tio itu hendak melakulan siasat hendak menguji keahlian daripada Alimulhadi dihadap orang nan banyak.
Maka berkhutbahlah Alimulhadi pada hari itu. Khutbah itu ialah sesudah azan, sebab jika sebelum azan itulah yang salah maka macam mana kau ini?. Berkhutbahlah Alimulhadi selama duapuluh menit sahaja, maka orang orang itu terherankan oleh Alimulhadi, sebab mereka itu dibiasakan mendengar ceramah hanya tujuh menit sahaja iaitu Kultum. Lepas khutbah maka mereka semua salat Jumat semuanya tiada yang tidak kecuali bukan mereka karena merekalah yang ikutkan salat Jumat, apatah engkau faham?.
Arkian limpa ruahlah orang nan banyak hendak keluar daripada masjid, maka rusuhlah jadinya di depan sana. Tertampaklah hal itu semua kepada Alimulhadi, maka bertanyalah ia kepada pembantu. "Wahai engkau siapa aku belum tahulah namamu?," maka dijawab itu oleh pembantu,"Nama saya Fansur." "Wahai engkau yang bernama Fansur! Apa itu yang dipeributkan orang yang disana?" Maka dijawablah oleh Fansur, "Mereka itu tertukar sandalnya."
Pergilah Alimulhadi kepada orang yang begaduh itu ditemankan oleh Fansur.
Berkatalah Alimulhadi, "Apa hal kalian begaduh pasal sandal sahaja?" Maka jawab orang pertama, "Sandal hamba ialah mirip dan serupa mereknya dengan ia". Lalu berkatalah orang yang kedua "Kami ini mendebat sandal yang tertukan". Maka jawablah Alimulhadi, "Pasal itu sudahlah biasa di masjid dimana saja, pergilah saja kalian dengan sandal yang sekarang!". Diikutkannyalah perintah Alimulhadi, arkian orang yang pertama itu pergi pulang dengan berjalan kaki, sedang orang kedua itu dengan sepeda bmx.
Habislah jumat yang siang itu, maka Alimulhadi pulanglah ia ke rumah Fansur sebab ia sudah ditawari. Jikalau ia pergi ke rumah Juragan Mbah Cukup mestilah ia diusirkan lagi. Rumah Fansur itu ialah di dalam gang yang kecilnya itu sepadan dengan lebar jalan Haji Ghafur yang dekat Cisarua, jika kamu tahu. Rumah Fansur itu ialah rumah yang biasa sahaja, akan tetapi ia itu mendapatkan subsidi listrik dan wifi dari Farisiyah sebab Yang Mulia Sultan Faris diselamatkan ialah pada hari ketimpaan piring keramik di dalam Istana Negara. Pada hari itu dilewatkan Fansurlah jalan depan Istana Negara, sedang Yang Mulia Sultan berjalan lagi.
Maka penukil hikayat ini menyudahkan flesbeknya. Demikianlah Alimulhadi akhir pula di rumah Fansur, sampai d hari gelap itu menjadi maghrib. Pergi sang Alimulhadi bersama Fansur hendak menuju ke masjid yang agung yang namanya Masjid Agung. Hendak salatlah mereka berdua, maka dilewatkan orang berdualah yang masih begaduh pasal sandal yang tertukarkan. Berkata Alimulhadilah, "Mari hamba lihatkan pasal sandal kamu sekalian!." Maka diturutkannyalah perkataan Alimulhadi itu tiada pula bertanya.
Sandal itu ternampaklah ia di mata Alimulhadi, adapun dua orang tadi itu hanya membeli cimol yang tiada dijaga, sebab penjaganya itu sedang mengambil air wudu. Hatta sandal itu diperhatikan oleh Alimulhadi sedemikian saksamanya, dipanggi Alimulhadilah orang berdua tadi yang makan cimol lagi, "Hai kalian berdua cepatlah! Marilah kita salat dulu , arkian kita bahas pasal sandal itu bilamana makan cimol bersama." Diturutkannyalah Alimulhadi oleh orang berdua itu seperti biasa.
Hatta salat maghrib itu selesai, berkumpullah mereka di pinggiran masjid sambil makan cimol. Mereka itu ialah penasaran lagi perkara sandal yang tertukar. Berkatalah Alimulhadi, "Sandal yang di kanan itu ialah sandal orang yang pertama, sedang yang lain berkebalikan jua." Maka diberikan Alimulhadilah sandal itu pada fihak yang benar dan sahih. Berkata oranglah, "Macam mana hal itu bisa benar?", maka jawab Alimulhadi, "Sesungguhnya sandal yang di kanan itu tipis bahagian belakangnya maka itu ialah milik orang yang pertama sebab ia itu bila hendak melangkah pastilah bergesek itu bahagian sandal yang belakang dengan jalan. Sedang orang yang kedua itu mestilah dapat sandal yang kiri iaitu yang tipis depannya, sebab apabila ia hendak melambatkan sepeda mestilah dengan kaki dan sandal yang bahagian depan itu mestilah menjadi tipis sebab ia bergesekan dengan roda." Dan terkagumlah orang dibuat Alimulhadi, demikian jua Imam Besar Tio yang ikut melihat.
Maka menjadi makin masyhurlah nama daripada Alimulhadi di negeri Farisiyah.
Tammat
0 komentar