Syahdan pada suatu hari yang cerah nian di Kesultanan Farisiyah, seorang pemuda berjalan berdua dengan pemudi di pinggiran jalan. Bercakap mereka berbagai hal, tapi sesungguhnya pemuda itu ialah hanya mengantar pemudi kepada toko fotokopi hendak melakukan scan dan print.


Sampailah mereka berdua itu kepada toko fotokopi, kemudian bersepakat dengan tukang fotokopi untuk melakukan scan dan print. Tukang fotokopi itu memiliki dua orang pegawai sahaja, yang mana mereka itu melakukan hal menggunting dan membuat jilidan. Kedua pegawai itu bekerjalah mereka terus-menerus nampaknya, sehingga membuat pemudi merasa kasihan, konon jua pemudi ini sosialis.


"Oh wahai buruh fotokopi, hendak aku bebaskan kalian dari kerja demikian. Maka terimalah uang dariku dan tinggalkanlah kerja kalian disini." Arkian para pegawai itu mereka menerima uang sebesar tiga juta rupiah masing-masing dan pergilah mereka dari toko fotokopian itu.


Berkatalah pemuda, "Wahai adinda, pasal apa engkau berlaku demikian? Lihatlah sekarang tukang fotokopi menjadi kebingungan hendak melayani pesanan yang banyak sedari tadi." Maka dijawablah oleh pemudi, "Kakanda, mereka itu mestilah bebas dari gawai buruh demikian, maka biarkan sahaja tukang fotokopi menanggung usahanya sendiri." Hatta ikut bekerjalah pemuda itu hendak membantu tukang fotokopi.


Berkata pemuda kepada tukang fotokopi, "Oh tukang fotokopi, bilamana mereka berdua itu sudah kehabisan harta-benda dan hendak bekerja lagi kepada tuan, maka hendaklah oleh tuan jangan diterima." Demikianlah hikayat pemuda pemudi.