Melihat Lebih Dalam Banner Kampanye Para Bakal Calon Bupati KBB

02.20




Ini merupakan cerita tentang kabupaten suburban yang agraris dan semi-udik di wilayah Bandung Raya, namanya Kabupaten Bandung Barat. Walaupun kalah terkenal dengan kota Bandung, kenyataannya kebanyakan wisata yang terkenal di Bandung berada di kabupaten ini. Ada Gunung Tangkuban Parahu, ada Lembang, ada Cikole, ya pokoknya segala macem deh yang hits di instagram. Jadi, secara nggak langsung Bandung Barat memiliki citra hijau-hijau dan alami.

Tapi setahun terakhir ini Bandung Barat terlihat semakin warna-warni. Maklum, pertengahan 2018 nanti bakal ada pemilihan bupati. Beberapa spanduk dan baliho kampanye pun sudah berseliweran dimana-mana, walaupun Bawaslu tidak akan pernah rido.

Banner, spanduk, reklame, dan baliho sudah menjadi semacam adat setiap kampanye calon. Ada yang kecil-kecil ditempel di pagar kebun atau yang besar terpasang di papan reklame jalan. Kebanyakan sih hanya menampilkan muka si calon dengan nama dan biodata serta tetek bengek lainnya macam slogan atau minta doa restu. Tapi, saat liburan Idul Adha semester lalu, saya menemukan banner kampanye yang rada mahiwal.

Waktu itu saya lagi mau jajan gorengan 2000 tiga (yang dipastikan sudah punah di Jakarta city) sekalian jalan-jalan sore. Saat menunggu si mangnya mengambil gorengan, mata saya kecantol pada banner bambu yang dipasang di pagar kebon warga,


         'DEDE SUHADE (nama disamarkan), bakal calon bupati Bandung Barat, kini menjabat sebagai anggota DPRD Bandung Barat dan ketua Yayasan Sekolah Fathul Insan (nama dipelesetkan). S1: ITB Farmasi, S2: UPI Administarsi, S3: ...' 

Walah! Intelek bener pak Dede ini.



Bukan cuman itu saja loh, si pak Dede ini juga mencantumkan nama istri dan almamaternya (yang ternyata adik tingkatnya di Farmasi ITB),nama anak-anaknya beserta lagi sekolah dimana, foto keluarganya, bahkan prestasi-prestasi yang dicapai sekolah Fathul Insan. Kesan yang mungkin ingin dimunculkan adalah, 'Bupati dengan keluarga intelek yang harmonis untuk kabupaten yang saintifik' - berhubung lambang Kabupaten Bandung Barat adalah observatorium.

Meski memasang nama almamater udah biasa di banner kampanye (padahal almamaternya ga mau), saya masih kurang ngeh sama motivasi pak Dede ini mencantumkan nama istri dan anak-anaknya disitu. Apa si bapak mau buka open recruitment taaruf dan cari mantu? Hmm, kok tiba-tiba instink suudon saya naik ya.

Dalam suudon-rate tinggi, saya curiga beliau ini ingin mencalonkan istrinya (atau bahkan anak-anaknya) di pemilu mendatang suatu hari nanti, hitung-hitung masa perkenalan gitu loh. Tapi tenang kok, ini cuman suudonan saya saja he..he... Ngomongin soal banner dan istri, saya ada cerita lain yang mungkin cukup sering terjadi di daerah-daerah udik sejenis.

Di Kabupaten ini ada bupati yang memimpin dari awal berdirinya, sebutlah namanya Abu Akbar, ia sudah memerintah 2 periode. Walaupun sudah 4 setengah tahun memimpin bersama pak wakil, saya jamin, di seantero kabupaten kaga bakal ada yang tau nama wakilnya siapa. Kenapa? Ini semua terjadi karena baliho dan reklame milik pemkab kebanyakan hanya berisi mukanya Abu Akbar belaka, eh sama istrinya juga deng. Akibatnya orang-orang malah lebih tahu muka istrinya si bupati, bukannya pak wakil. 

Muka istrinya di baliho-baliho kadang-kadang tidak kontekstual dan nirfaedah. Masak si istri yang ketua KONI KBB dan otomatis ketua PKK fotonya dipasang di mini billboard Dinas Pertanian? Kan lucu. Bukan disitu saja, banner dengan wajahnya pun ada di pasar, di kelokan jalan, bahkan di sekolah negeri. Saya saja waktu ngurus ktp (yang setahun belom jadi-jadi) ke disdukcapil pun ketemu lagi 'muka' dia. Mendekati pemilu, banner dan reklame dengan muka sang istri bupati bertambah banyak, tentunya dengan semakin tidak nyambung sama konten reklame. Ajaibnya, tahun ini istrinya maju jadi calon Bupati.

Beberapa pihak segera curiga sama 'mainan' istri bupati ini, malahan cerita soal baliho dan reklame ini sudah dibahas di beberapa media lokal. Katanya ada indikasi sang istri memanfaatkan kekuasaan suaminya dalam hal tata ruang publik untuk kampanye gelap. Peristiwa paling mutakhir yang bisa menambah kecurigaan adalah waktu penertiban perangkat kampanye oleh satpol pp. Saat baliho bakal calon lain diturunkan semua, baliho besar milik istri bupati ternyata dibiarkan berdiri. Aduh, seru juga ya perpolitikan perbanneran Bandung Barat!

Tapi sih, panjang lebar saya menganalisis banner dan baliho para calon bupati tadi memang tidak ada manfaatnya. Lha pemilihan bupati saja mungkin saya nggak bakal milih!






*Dede Suhade, walaupun ketua partai, dia batal dicalonin sama partainya sendiri :(

You Might Also Like

0 komentar

Pos Masyhur

Facebookna di-add nya!

instagram